Perang Dalam Kacamata Islam
Pendahuluan
Islam selalu saja
diidentikkan dengan perang, mungkin karena pada awal mula penyebarannya lebih
banyak terjadi perang antara pemeluk Islam dan penolak Islam. Padahal sejatinya
Islam merupakan agama yang rahmatan lil `alamin, dan atas dasar inilah
sangat mustahil jika Islam lebih menyukai kekerasan dan sadisme dalam
penyebarannya.[1]
Jika para
orientalis memaparkan bahwa Islam disebarkan dengan pedang yang terhunus, maka
intelektual muslim lebih membela sejarah penyebaran Islam, argumennya adalah
berkaitan dengan menjaga martabat dan kehormatan Islam dengan menghunuskan
pedang pada setiap golongan yang mengancamnya.
Maka jika
diilustrasikan, Islam membawa pedang bukan untuk menyerang, tapi Islam membawa
pedang untuk melindungi dan menjadikannya tameng sebagai simbol kejantanan.
Perang Sebagai Simbol Arab
Sebenarnya sebelum
Islam datang ke Arab, bangsa Arab sangat gemar sekali melakukan perang, hal ini
terjadi pada suku-suku yang tinggal di gurun pasir.
Kehidupan mereka
yang nomaden membuat aturan kehidupan seperti hukum rimba, artinya siapa yang
kuat, maka dialah yang berkuasa. Fenomena ini bermula dari kisah heroic para
Tuhan yang mereka sembah. Yaitu Uzza, Lata dan Manat. Diantara tiga dewa
tersebut, adalah Manat yang dianggap sebagai berhala paling berpengaruh, ibarat
di dalam mitologi Yunani, dia adalah putra mahkota Zeus (Tyche) yang sangat
berkuasa.[2]
Masyarakat Arab
yang hidup dengan beraneka ragam suku dan rasa kesukuan yang dimilikinya
seringkali membuat faham fanatik dan dari kesukuan ini pula timbul peranan yang
memunculkan Orde Ksatria, chivalry. Kemudian lahir juga upaya untuk
saling mendominasi hingga berakhir dengan perang.
Contoh beberapa
perang yang terjadi sebelum Islam datang adalah perang antar suku untuk
menunjukkan siapa yang terkuat dan menjadi singa padang pasir, perang perebutan
sumur Zamzam, perang pasukan Gajah (yang diabadikan Quran melalui Surat Al-Fiil)
dan lain-lain
Perang dalam benak
suku Arab bukan masalah siapa yang kalah atau siapa pemenangnya, perang lebih
diposisikan sebagai kehormatan. Maka sebuah anugerah yang besar bila mereka
bisa berpartisipasi dalam perang terlebih untuk membela kaumnya.[3]
Posisi Perang Dalam Islam
Pada dasarnya
Islam sangat anti perang, coba kita fahami makna harfiah, Islam berarti
menyelamatkan. Jadi perang bukanlah esensi penyebaran Islam, bahkan sebenarnya
Islam datang untuk menghapuskan peperangan di dunia dan menjadikan dunia aman
dan selamat. Dapat dikatakan bahwa Islam berusaha menyatukan pemeluknya dengan
institusi kekeluargaan, innamal mu`miniina ikhwah.[4]
Bahkan Nabi
Muhammad pernah melakukan pujian terhadap dewa masyarakat Qurays demi menjauhi
peperangan, hal ini tercermin dari sabdanya terkait para dewa tersebut, beliau
berkata : “Mereka (para berhala) laksana burung-burung mulia, yang
wasilahnya sangat diperlukan bagi kita”, hal ini merupakan respon dari
adanya konflik antar pemeluk agama di Mekkah[5]
Akan tetapi perlu
direnungkan bersama bahwa Islam yang hadir ditengah budaya (perang) yang
seperti ini jelas dilematis, disatu sisi Islam harus menyebarkan kedamaian,
akan tetapi disisi lain Islam tidak boleh tinggal diam, sebab jika diam (tidak
melawan pada keadaan yang kadang memaksa berperang) maka Islam akan terus
tertindas. Fakta ini tercermin dari prosesi dakwah Nabi yang bermula dari
sembunyi-sembunyi dan secara deklarasi umum di depan publik.
Terlebih lagi
Islam yang lahri di Arab secara geografis terletak diantara kekaisaran besar
Romawi, Persia dan Byzantium sangat kental dengan perang, bahkan harus waspada
dari serangan dinasti dan emperium tersebut.[6]
Islam yang pada
waktu kemudian mulai menemukan jati diri dan menyebarkan ajarannya ke penjuru
dunia tentulah tidak serta-merta mengaplikasikan perang, akan tetapi Islam
memberikan solusi alternatif bagi wilayah yang akan dimasuki sebagai lahan
dakwah dengan ; pertama, seruan masuk Islam. Jika mereka mengabaikan,
maka membayar pajak adalah pilihan kedua, yang ketiga barulah
perang menjadi jawaban terakhir dari alternatif yang diberikan. Berikut ini
beberapa contoh (alasan) terjadinya perang dalam Islam ;
1.
Perang
Badar dan Uhud
Badar Terjadi karena serangan kaum
Qurays yang tidak hanya mengatasnamakan agama, tapi juga ekonomi Arab kala itu.
Sedangkan Uhud terjadi karena sikap balas dendam kaum Qurays yang membara
karena kekalahannya dalam perang Badar.
2.
Perang
Bani Nadhir dan Khandaq
Terjadi karena ego suku yang
mengakar pada kaum Arab, dan Islam hadir untuk meredam suku lain yang dikhawatirkan
melakukan hal yang sama serta adanya provokasi Bani Nadhir pada kelompok kafir,
sehingga mereka tersulut api tipu muslihatnya.
3.
Perang
Quraidhah dan Khaibar
Usaha nabi untuk memastikan tiadanya
kaum pembangkang di masyarakat Yahudi Madinah.
4.
Perang
Hudaibiyah
Berawal dari kerinduan kaum
Muhajirin untuk datang ke Baitullah, akan tetapi ada kelompok yang menghadang
mereka.
5.
Perang
Mut`ah
Penyebabnya karena terbunuhnya
delegasi ummat Islam saat melakukan korespondensi dengan Hercules
6.
Fathu Makkah
Berawal dari Janji yang dilanggar
orang Mekkah
7.
Perang
Hunain dan Perang Tabuk
Penyerangan terhadap Umat Islam
Penutup
Bila
kita amati, sebenarnya peperangan yang terjadi dalam sejarah Islam tidak
terjadi karena problema yang kecil, akan tetapi menyangkut masalah besar yang
jika didiamkan akan menjadi fenomena yang rumit untuk dipecahkan, maka perang
adalah keputusan final jika tidak menemukan kata sepakat.
Islam
selalu cinta damai dan Islam senantiasa menjadikan keselamatan sebagai azas
kehidupan, maka sungguhlah perang bukan jalan yang dipilih untuk melakukan
ekspedisi atau kolonialisme untuk menjajah daerah yang lemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
huh,