Beasiswa?kenapa tidak...

 Pusat Info Beasiswa

Senin, 29 November 2010

Ilm Adab al-Nafsi

BAB I
Pendahuluan

“Dengan karya sastra, Manusia itu sangatlah angkuh. Mereka bisa membuat ribuan tuhan namun tidak bisa membuat seekor ulatpun”
Mungkin apa yang diungkapkan Montegne ini bisa mewakili betapa indahnya karya sastra. Namun sebagai mahasiswa kita harus mengetahui makna sastra dari berbagai sudut pandang seperti dari sisi psikologi sastra itu sendiri. Kajian psikologi sastra merupakan disiplin ilmu yang ‘bergelut’ dalam menemukan tinjauan penulis karya sastra, hasil karya sastra dan effect yang diperoleh oleh pembaca sastra. Maka lazim bagi kritikus sastra untuk memilih tiga tinjauan umum tersebut untuk menemukan nilai keindahan dan ‘tenggelam dalam mimpi’ ketika menikmati sebuah karya sastra
Dalam makalah ini penyusun memberikan gambaran tentang al-anaashir ad-dakhily (intrinsik) dan al-anaashir al-kharijy (ekstrinsik) pada syair-syair Abu Al-Alla` Al-Ma`arry dalam buku Djuwairiyah Dahlan


BAB II
Pembahasan

A. Biografi Singkat Abu Al-Alla` Al-Ma`arry (973-1057)
Beliau lahir dari keluarga terpandang dengan nama lengkap Ahmad bin Abdullah bin Sulaiman bin Muhammad al-Tanawakhi. Panggilan masyhurnya adalah Al-Ma`arry yang tidak hanya dikenal sebagai sastrawan, namun juga dikenal sebagai filosuf dan penulis yang produktif. Padahal sejak berumur tiga tahun beliau terserang penyakit cacar yang membutakan salah satu matanya dan pada usia enam tahun penyakit ini kambuh lagi sehingga membutakan kedua matanya
Walaupun dengan kondisi A`maa , beliau tidak pernah putus asa dalam belajar. Terbukti sejak kecil setelah berguru pada ayahnya yang merupakan seorang hakim, beliau melanjutkan berkelana thalabul ilm pada ulama – ulama ke kota-kota lain seperti Tripoli dan Aleppo. Ketika berumur dua puluh tahun, penulis best seller siqt al-zind ini kembali ke tanah kelahirannya dengan membawa kematangan dalam ilmu pengetahuan dan langsung menjadi penulis syair serta menjadi andalan bagi qabilahnya
Karena kehausannya akan ilmu, beliau kembali berangkat ke Baghdad yang merupakan pusat peradaban untuk menyempurnakan ilmunya. Di kota yang terkenal dengan maktabah bait al-hikmah ini beliau bergaul dengan pemuda terpelajar yang sudah mengetahui kemahirannya sehingga otomatis di segani. Akan tetapi seperti kata pepatah rumput tetangga pasti terlihat lebih hijau, ada saja orang-orang yang iri dan dengki padanya sampai pada suatu hari pada saat berada di majlis syarif al-murtadho beliau merasa terhina ketika dituduh melakukakn sindiran-sindiran halus yang berhubungan dengan kekuasaan seperti al-Mutanabbi
Karena factor inilah penyair yang dijuluki Rahin Mahbatsin ini meninggalkan Baghdad untuk pulang dalam study. Namun ibarat jatuh tertimpa tangga pula setelah tiba di Ma`arrah beliau terguncang jiwanya karena tanpa diketahui sang Ibu sudah di panggil Tuhan dan meninggalkannya. Nah, sejak saat itulah jiwanya hancur sampai akhirnya mengasingkan diri dari keramaian, meninggalkan hartanya, mengharamkan dirinya mengkonsumsi apa saja yang benyawa (seperti daging, ikan dan telur), mewakafkan rumahnya menjadi majlis ta`lim, dan hidup sederhana dengan hanya melakukan taqarrub ilallah sampai akhir hayatnya


B. Kajian Psikologi Sastra

Kajian psikologi sastra mengacu pada dua general idea yakni al-anaashir ad-dakhili (intrinsik) dan al-anaashir al-khariji (ekstrinsik).berikut rinciannya

 Al-Anaashir Ad-Dakhili (Intrinsik)
Tema : Konflik batin pada puisi Abu Al-Alla` Al-Ma`arry
Penokohan : Abu Al-Alla` Al-Ma`arry (Peran Utama)
Ayahnya : Seorang Hakim (Peran Pendukung)
Ibunya : motivator ulung (Peran Pendukung)
Syarif Murtadha : Penguasa (Peran Pendukung)
Al-Mutanabbi : Penyair dan pengamat politik (Peran Pendukung)
Alur : Maju
Setting : Ma`arrah (tempat lahir dan wafat)
Tripoli dan Aleppo (tempat belajar)
Baghdad (tempat belajar dan lahirnya konflik)
Amanat : من من من من من من منه

 Al-Anaashir Al-Khariji (Ekstrinsik)
Depresi : gangguan mood
أعندي وقد مارست كل خفية ** يصدق واش أو يخيب نائل
Apakah aku pandai membeberkan rahasia, membenarkan fitnah atau mengecewakan seseorang yang meminta ?
Phobia : rasa takut yang berlebihan
ولما رئيت الجهل في الناس فاشيا ** تجهلت حتى ظن أني جاهل
Ketika aku melihat kebodohan tersebar, maka seakan-akan akupun bodoh pula walaupun sebenarnya tidak
Self isolation : Kehilangan identitas diri
يهم الليالي بعض ما أنا مضمر ** و يثقل رضوى دون ما أنا حامل
Setiap malam aku menderita karena hal yang kurahasiakan, dan gunung Rodlwa pun merasa berat oleh sebagian saja yang ku tanggung
Bullying : tindakan yang tidak menyenangkan
إذا وصف الطائي بالبخل مادر ** وغير قسا بالسفاهة باقل
Oleh pendudduk kota jika Hatim At-Tha`I disifati Bakhil dan Qus Ibn Sa`idah adalah laki-laki yang lemah


BAB III
Kesimpulan
Nah, seperti itulah karya sastra. Artinya memiliki makna dan tafsiran tersendiri karena sastra itu merupakan luapan ekspresi hati penulisnya
Abu Al-Alla` Al-Ma`arry telah memberikan gambaran tentang bagaimana menyihir sebuah untaian kata menjadi jeritan jiwa. Dari ‘goresan’ beliau kita bisa merasakan pula bagaimana kehidupan beliau yang penuh liku bahkan sempat mengalami konflik batin sehingga tidak mustahil bila ada depresi, phobia, self isolation dan bullying dalam catatan kehidupannya
Namun perlu selalu diingat bahwa untuk mengkaji karya sastra kita tidak boleh meninggalkan tinjauan-tinjauan maupun kajian-kajian psikologi sastra karena disiplin ilmu ini merupakan ruh dari cara memahami karya sastra dengan sempurna
Maka tidak heran bila Habiburrahman dalam novelnya menyebutkan bahwa sastra (baca juga cinta) bisa merubah neraka menjadi surga, setan menjadi malaikat, musuh menjadi kekasih dan lainnya karena keagungan sastra mampu membuat hidup lebih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

huh,